Senin, 19 November 2007

HARI PASAR : SEMUANYA GRATIS DI “REALLY REALLY FREE MARKET”


HARI PASAR : SEMUANYA GRATIS DI "REALLY REALLY FREE MARKET"
Teman-teman yang baik, hari sabtu tanggal 24 November 2007 nanti Food Not Bombs Makassar kerja bareng dengan kawan-kawan KONTINUM dan pengelola Toko Buku Idefix akan menggelar acara “Really Really Free Market”. Inilah cari kami merayakan Hari Tanpa Belanja atau Buy Nothing Day. Nah, di Really Really Free Market apapun bisa didapatkan secara GRATIS! Bukan tukaran, barter, atau benefit. Tapi GRATIS SEGRATIS-GRATISNYA!
Siapapun bisa terlibat, dan datang ke acara ini. Caranya? Bawa barang-barang yang masih layak pakai untuk digelar di Pasar ini, dan persilahkan siapa saja yang butuh untuk mengambil dan membawanya pulang. Apapun yang bisa dibawa, mulai dari baju, alat masak, pertukangan, sepatu, jaket, payung, kipas angin, termos, sandal, scarf, perhiasan, buku, gorden, mug, dan lain-lain. Tapi kalau masih ada yang sisa, barang-barang tersebut mesti dibawa kembali.
Tapi tidak cuman barang, kita juga dapat memberi keterampilan dan jasa kepada orang lain tanpa bayaran sepeser pun! Misalnya, kursus kilat menyablon, bikin brownies, desain grafis, cukil (woodcut), menyulam, hairstyling, pijat refleksi, medical check, kursus gitar, bikin lagu digital, install komputer, meramal, menulis cerpen, konsultasi mode, memperbaiki sepeda motor atau alat elektronik, menari, daur ulang, atau sekedar teman ngobrol.
Di samping itu, kami menyiapkan set panggung sederhana, dengan beberapa perangkat yang sederhana seperti gitar akustik, jimbe dan tamborin. Silahkan pakai sepuasnya untuk nyanyi, puisi atau monolog. Seni harus gratis! Ingat, disini tidak ada panitia, tidak ada pengunjung. Juga tidak ada seniman, tidak ada penonton! Datanglah sebagai dirimu, sehingga kita bisa berinteraksi sebagai sesama manusia.

Sehari Tanpa Belanja
Seperti yang sudah disebutkan, PASAR GRATIS ini untuk memperingati Hari Tanpa Belanja (Buy Nothing Day) yang diperingati di seluruh dunia sebagai aksi kampanye menolak kapitalisme dalam kehidupan harian kita, sebuah sistem yang menyulut masyarakat terjebak dalam konsumerisme, ketimpangan sosial, dan kerusakan lingkungan serta kedangkalan makna hidup.
Satu hari tersebut, kita mengajak untuk berhenti mengkonsumsi dan memikirkan dampak prilaku kita yang terhisap dalam ritual konsumsi. Kita semua tahu bahwa konsumerisme telah meniadakan batasan antara kebutuhan dan keinginan akan berbagai produk dan gaya hidup, yang justru kebanyakan di antaranya tidaklah kita butuhkan. Namun media massa, periklanan, bahkan juga sistem pendidikan telah merubah masyarakat menjadi segerombolan maniak belanja, gerombolan yang haus akan barang-barang, dimana didesain sedemikian rupa agar seolah-olah dibutuhkan. Untuk itu, kita harus bekerja agar mendapat upah, yang salah satunya untuk membeli barang-barang yang tidak kita butuhkan.
Dalam Hari Tanpa Belanja tahun ini, kami mengajak untuk sejenak menarik diri dari ritual-ritual harian kita, mengambil jarak dengannya dan mengkritisi kehidupan yang kita jalani. Bukankah “kehidupan yang tidak diperiksa, tidak layak untuk dijalani”?

Manusia Tidak Dilahirkan Untuk Belanja
Di abad 21 ini, konsumerisme telah menjadi gaya hidup, ideologi bahkan agama masyarakat modern. Dampaknya telah kita rasakan, pusat-pusat perbelanjaan dibangun di mana-mana, merubah budaya masyarakat, dan merusak tatanan sosial ekonomi. Iklan-iklan dibuat begitu massif dengan uang yang jauh lebih besar dari anggaran kesejahteraan sosial. Mall-mall, pusat hiburan, telah menjadi tempat beribadah para ‘umat’. Satu-satunya keinginan batin yang ingin dicapai dalam ‘ritual ibadah’ tersebut adalah kepuasan membeli, sindrom yang telah gagal diidentifikasi sebagai penyakit terbesar abad ini.
Konsumerisme telah menyebabkan bumi kita berlimpah limbah, karena semakin banyaknya produk-produk yang diproduksi dan dipasarkan dimana kebanyakan hal tersebut justru tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Media, periklanan, dan sistem pendidikan telah ikut mendongkrak bagaimana sebuah masyarakat dirubah menjadi sekelompok orang yang gemar berbelanja, merengkuh ‘hasrat-hasrat membeli’ yang tidak terbatas. Kehidupan manusia diorientasikan pada hanya aktifitas mengkonsumsi, bukan kreasi. Dan berbelanja adalah salah satu ekspresi masyarakat yang kehilangan akal sehat dan kepribadian.

PASAR GRATIS dan penyelamatan lingkungan
Dalam PASAR GRATIS tak ada satu pun yang diperjual-belikan, tetapi mengupayakan agar setiap barang dapat lebih berguna sehingga tidak menjadi sampah yang terus menumpuk dan merusak lingkungan kita.
Kita tahu bahwa gaya hidup manusia modern telah menyebabkan kerusakan sosial maupun ekosistem. Untuk itu bumi hanya perlu aksi langsung dari setiap individu untuk membuat perubahan nyata. Sekecil apapun perubahan itu, yang penting kita terus mengupayakan agar hal tersebut terus membesar.
PASAR GRATIS akan kami gelar secara berkala, mungkin setiap bulan sekali, dua bulan atau tiga bulan. Gerakan ini mengkampanyekan agar kita kritis dalam gaya hidup, bertanggungjawab terhadap apa yang kita lakukan. Silahkan berkontribusi, silahkan datang!

penginisiasi (bukan panitia, ya?)

Food Not Bombs – Makassar
Sebuah jaringan aksi dan kampanye Pangan Untuk Semua, berafilisasi secara internasional dengan berbagai kelompok FNB di seluruh kota di dunia. Bekerja secara independen, otonom dan non-hirarkis untuk mengkampanyekan dengan aksi langsung makanan gratis untuk masyarakat umum. Dapat dikontak di :
www.fnbmks.blogspot.com

Kontinum
Kolektif otonomis dan non-hirarkis yang mempromosikan anti otoritarian melalui diskusi, kampanye, dan berteman. Kadang juga bermusik dan tamasya. Sekelompok orang yang berniat membangun tatanan dunia yang indah, tanpa dominasi, eksploitasi dan rasa bosan. Tidak respek dengan partai politik. Sapa di
antiotoritarianmakassar@yahoo.com

Idefix Mini Bookshop
Toko buku mini yang bersahabat, baik harga maupun pelayanan. Tidak punya manajer, dan kasir yang tetap, hanya diskon dan senyum untuk pelanggan-pelanggan setianya. Menyediakan berbagai judul buku dan media alternatif dari yang membuat senyum hingga yang mengerutkan dahi. Dapat diintip di :
www.idefixmakassar.blogspot.com

Jumat, 05 Oktober 2007

Reportase September 2007

Reportase FNB September 2007

Idefix masih menjadi cookhouse FNB bulan ini. Minggu sore tepatnya 2 September 2007. Beberapa relawan sudah berkumpul disana (Ulla, Tomas, Himas, Susi, Kurni, Dian, Ridho, Dedi, Wahyu juga saya (Elha) serta lainnya yang mohon maaf kalo tidak ditulis namanya. Lupaka ces !!
FNB kali ini tidak seramai yang kemarin. Beberapa teman punya banyak kesibukan lain atau mungkin pula akhirnya tidak ikut lagi karena masih beranggapan kalo FNB adalah kerja yang sia-sia (kalo istilah kawan-kawan relawan, karena isunya tidak SBY-JK he he). Ah Sudahlah, kalo kata orang kebanyakan, lebih penting kualitasnya daripada kuantitasnya, ya kan? Di saat kebanyakan orang terus menerus menggandakan watak otoriternya, dengan memperbanyak 'massa', yakni mereka yang siap untuk melakukan apa saja kata pemimpinnya (ato setidaknya orang-orang yang hobi banget menghegemoni agar tetap punya pengaruh), kami memilih untuk tetap jalan dengan metode yang kami pikir lebih membebaskan, dan tidak ada ruang untuk hal itu. FNB memang hanya kerjaan para pemimpi yang masih percaya pada hal2 yang tidak mungkin dan sudah bosan menunggu datangnya revolusi yang terlalu lama (Cee..cee..ceee!).
Masih di hari yang sama, habis magrib seperti biasanya saya dan wahyu mesti berbelanja di pasar. Tempatnya di Pasar Daya’ salah satu pasar tradisional di pinggiran utara kota Makassar jaraknya tidak jauh dari idefix. Kalo pake motor Cuma 5 menit kesana. Setiap FNB pasti belanja di situ, sayangnya belum ada alternatif lain selain membeli, padahal rencananya teman2 mau hunting bahan makanan di pasar siapa tahu saja ada yang mau kasi sisa bahan yang tidak terjual. Entahlah kenapa belum terlaksana. Membeli memang selalu menjadi solusi instan. Tapi kadang juga ada yang ngasih bahan makanan dari temannya relawan walaupun tidak rutin. Itulah kendalanya FNB Makassar, belum ada donasi tetap. Cuma mengandalkan dari list yang dijalankan relawan tiap bulannya, itupun mereka dapat dari teman-teman kuliah atau keluarga dan yang ngasih itu-itu juga tiap bulannya, kadang ada ketakutan, kalo para peyumbang2 bosan disodorkan list terus belum lagi kalo relawan yang dicap seperti peminta-peminta sumbangan yang banyak berkeliaran. Cara mengantisipasinya, palingan relawannya mesti memberikan penjelasan panjang lebar tentang FNB jadi tidak asal minta saja. Walaupun begitu banyak juga sulit menerima penjelasan, kalaupun ada yang nyumbang pasti kiranya ini cuma kegiatan amal atau bakti sosial. Hah, cape de!
Kembali ke pasar. Daftar bahan sudak ditulis semuanya, Satu persatu dicek memastikan tak ada yang terlupa. Sekalian tulis harga belinya biar mudah untuk dilaporkan nanti. Seperti biasa pula setiap berbelanja harus melalui proses tawar menawar yang cukup sengit untuk mendapatkan harga yang termurah plus rayu-rayuan supaya ada tambah-tambahan. Itulah enaknya berbelanja di pasar tradisisonal, kalo di mall mana bisa ?.
Dari hasil pengumpulan list terkumpul uang Rp. 454.000. Karena menu bulan ini adalah NASI GORENG spesial, jadi beli bahannya tidak terlalu banyak. Bawang putih, bawang merah, garam, kecap, sambal botol dan tentu saja beras menjadi bahan wajib. Tambahannya jagung manis, wortel , daun sup telur, dan kerupuk sebagai aksesoris ada juga timun untuk acarnya. Untunglah seorang teman ada yang ngasih beras 20 liter jadi bisa hemat lagi. Dan lebih membahagiakan ada yang nyumbang tenda !!! J. Jadi dak repot lagi pinjam jauh-jauh. Tambah smangat dong..

Malamnya..

Tidak banyak kerjaan. Susi dan saya menyiapkan bumbu-bumbunya, Ridho dan Kurni memotong wortel itupun supaya bisa kecipratan foto hehehe. Yang lain sibuk dengan aktifitas masing2 ada yang tidur, baca-baca, juga nyanyi2 sendiri . agak sunyi malam itu. Yang ada Cuma suara bising dari si urat leher (bukan relawan) yang ngoceh sepanjang malam (oooo..siapa dia?)
eh tiba-tiba mbak Ivi sang koki kita datang, juga temannya Eli membawakan kita sekantong beras lagi. Kehadirannya sedikit bikin ramai Tapi Sayangnya mereka dak nginap malam itu cuma sempat kupas2 bawang duluJ. Dian dan wahyu juga pulang katanya mau kerja tugas n mesti kuliah pagi. Sepi..sepi..
Senin pagi , 06:00
Bangun..bangun. saatnya beraksi kembali. Nasi mulai dimasak. Wah ada yang semangat sekali tuh!! Nongkrong terus di depan kompor sambil ngaduk-ngaduk beras. Hahaha saya tahu dia lagi balas dendam soalnya menjadi salah satu orang yang merugi karena melewatkan FNB bulan lalu (katanya bertepatan dgn acara keluarga) jadinya dia mesti mengobati penyesalan terbesarnya itu J. Aduk terus..(intermezo: buat kalian yang lagi hamil hati-hati saja sama dia soalnya dia punya obsesi besar dengan perut-perut kalian, penyakit aneh apalagi itu?).
Eh ada yang datang lagi ... Niar. baiknya masih sempat bantu-bantu sebelum ke kampus. Hehe.. ivi datang lagi, langsung saja dia mengambil peran sebagai koki. Biasa, Sedikit ada konflik kecil di dapur soal metode memasak. Ada yang mau begini,ada maunya begitu. Panas..panas.. untunglah lewat dengan tertawa lagi. Ivi dan Niar, mencampur bumbu dan nasinya. Saya dan Susi membuat telur dadar, Himas menyiapkan piring dan gelas. yang lain menyapkan air juga ada yang nyuci2, wahyu juga sudah datang membawa kerupuk hasil gorengannya. Sedang yang lain kelabakan karena telat kuliah.
Sempat banyak yang protes soal pemilihan waktu FNB kali ini, banyak yang bertepatan dengan jadwal kuliah mereka, saya heran juga. Inikan juga hasil kesepakatan. Tapi ada juga yang akhirnya mengorbankan kuliahnya (bukankah kuliah hanya selingan???J).

12:00.
Masakan sudah siap. Cookhouse dibersihkan juga, lumayan kotor karena jarang dibersihkan. Termasuk membersihkan diri (Mandi..Mandi). Di luar ternyata sudah banyak teman-teman yang menunggu. Ada juga pak guru Wali yang takut merugi karena dak ikut FNB lalu.ada yang sudah balik dari kuliah juga, wah ada juga tuh yang mengajak teman cewe’nyaJ.
Semuanya beres Sarapan.
Berangkat deh!!

14:00
Sebuah angkot disewa menuju tempat tabling. Tempat yang sama bulan kemarin. Pertigaan tol reformasi, seperti juga bulan lalu cuaca sangat panas. Sampe di sana terkendala sedkit dengan pengelolanya. Biasalah birokrasi!!katanya harus izin sana sini dulu. Sedikit sabar, akhirnya bapak itu mau dibujuk juga. Mungkin karena lagi lapar, untung-untung bisa makan gratis siang itu hehe (makasih ya pak!). hei ! Dian dan Cia juga datang! jadi tambah ramai deh.
Pedagang , tukang becak yang sering mangkal disana juga buruh bangunan dan pekerja jalanan tampaknya sudah mengenali kami. Begitu tenda sudah terpasang . tanpa sungkan-sungkan lagi mereka datang. Kewalahan juga, piring yang dibawa bahkan tidak cukup. Jadi harus ada yang menunggu dulu. Anak sekolah yang melintas juga ikut gabung. Pak wali pun mengajak sharing mereka. Tidak lupa ada yang membagikan selebaran pada pengguna jalan juga orang-orang yang datang.
Sebentar saja, makanan sudah habis. Kembali beres-beres.
Sebelum pulang. Di akhiri dengan ritual cepret-cepret

15:00
Kembali naik angkot ke Idefix, sebagian ada yang langsung pulang kerumahnya.
Piring, gelas dan peralatan lainnya dibereskan kembali.
Habis itu beromantisme lagi...........
Ngumpul, Duduk-duduk di teras, cerita-certia, tertawa-tawa dan mereview kembali hari ini
Ya mau bilang apalagi. SUKSES lah!!!

Tidak penting : secara teknis FNB hari itu sukses, tapi sempat dirusak oleh komentar arogan tentang FNB dari seseorang (yang bukan relawan), yang sedang berada di lain tempat. Ehmmm, YOUR POLITICS ARE BORING AS FUCK, AS YOU, AS YOUR FLAG, AS YOUR WORDS, AS YOUR WHOLE LIFE....
Reported by : Elha Goldman

Minggu, 19 Agustus 2007

REPORTASE TABLING - 4 AGUSTUS 2007

Perempatan Tol Reformasi, pada siang yang cukup terik










Senangnya bisa tabling FNB lagi walaupun jedanya cukup lama sejak FNB 1 Mei lalu, bertepatan dengan MayDay.Boleh dibilang kali ini sukses dan lancar, walau ada sedikit gangguan tapi para relawan Food Not Bombs-Makassar juga sukses mengalihkannya menjadi hal-hal yang lucu dan menyenangkan. Apa sih yang tanpa hambatan?
Seperti yang sudah disepakati dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, Idefix menjadi cookhouse, dan mungkin juga akan tetap seperti itu sampai kita mendapatkan tempat yang lebih terjangkau dari segala penjuru Makassar. Tapi Ipang bilang kalau untuk sementara persiapannya adalah menjadikan Idefix sebagai homebase sel Tamalanrea, jikalau nanti ada kawan-kawan lain yang sudah siap membentuk FNB Mks chapter lain. Tapi berhubung sangat belum siap, Food Not Bombs Makassar belum bisa dipecah-pecah menjadi bersel-sel. Butuh beberapa waktu dan proses lah. Untuk saat ini
Hampir tiap malam berkumpul membicarakan mulai dari menu, pengumpulan alat dan bahan, penyebaran list donator, pembagian job dll. Dan dari hasil kesepakatan untuk menunya Nasi, sup, dan sambal goreng tempe emmmhhh.
Butuh 2 minggu untuk menyiapkan semuanya. Sulitnya mencari waktu yang tepat dan bahan-bahan yang belum terpenuhi menyebabkan FNB sempat tertunda dari jadwal yang telah ditentukan sebelumnya begitu juga dengan tempat pelaksanaan. Dan akhirnya sehari sebelum tabling, berbagai bahan telah berhasil dikumpulkan seperti beras, sayuran (kentang, wortel, kol, tomat), tempe dan bumbu-bumbu pelengkap juga alat dan perlengkapan masak pun telah tersedia.

03 Agustus 2007, tepatnya jumat malam:
Idefix telah telah diramaikan oleh para relawan FNB, saatnya untuk mengolah semua bahan makanan. Ruang tengah tempat gerombolan KINETIK biasanya memutar film, untuk sementara dilalihfungsikan menjadi : dapur umum. Setiap orang mulai mengambil peran, dipandu oleh Ivi sang koki handal nan perfeksionis. Jamil, Eli, Abeng sibuk mengupas-ngupas kentang dan wortel. Ipang, Wawan, Acib, Susi dan Niar memotong-motong hasil kupasan mereka. Walaupun Acib dan Wawan sempat mendapatkan pelatihan singkat memotong wortel dari sang koki karena selalu gagal mendapatkan hasil potongan yang sempurna. Dan tanpa tetesan air mata, Ulla dengan lancar mengiris-iris bawang dibantu Wahyu dan Hera yang kerja sambilan dan selalu siap mobile ke pasar untuk membeli bahan yang kurang. Dan di belakang sana, Dedy si tangan jumbo tampak tegar menadah air dari keran untuk keperluan cuci mencuci, sayur dan beras. Beberapa teman yang lain mengiringi dengan alunan akustik yang selalu siap siaga menjadi pemeran pengganti. Tak lupa cipratan handal dari Madi sang fotografer muda berbakat mendokumentasikan semuanya. Hingga jam 24 : 00 semua dilewatkan dengan sangat menyenangkan,

04 agustus 2007, subuh menjelang pagi:
Pekerjaan dilanjutkan kembali. Ivi, Hera, Wahyu dan Himas mesti kepasar lagi membeli bahan dan bumbu yang masih kurang. Sang koki harus ikut karena meragukan kemapuan kamiberbeanja dipasar. Sedang Susi mulai mencuci beras dan menanak nasi, Dedy tetap setia dengan keran pastilah untuk menadah air. Piring, gelas, spanduk , meja dan tenda disiapkan oleh yang lain. Karena waktu yang dijadwalkan sudah dekat, pekerjaan mulai dipercepat. Hingga pukul 14:00. segala pekerjaan dipastikan beres. nasi, sayur dan sambal goreng spesial sudah siap, piring, gelas, galon dan ember untuk cuci-cuci juga sudah lengkap. Untuk mengangkut semuanya Sebuah angkot disewa menuju tempat tabling.

14:30 . tiba di tol reformasi, berdasarkan hasil kesepakatan tempat ini dipilih selain letaknya yang berada di pusat kota, berbagai lajur kendaraan umum berlalu lalang disana agar memudahkan untuk menyampaiakan pesan melalui selebaran juga publikasi secara langsung, selain itu tempat ini juga tempat nongkrong para loper koran, penjual mainan anak, tukang becak juga para buruh bangunan sehingga pembagian makanannya bisa tepat sasaran dan mungkin ini saatnya makan siang untuk mereka.
Sebuah tenda kecil dipasang. Ya! cuaca saat itu memang sangat panas. Spanduk hitam bertuliskan “Makanan gratis untuk semua” dipasang pinggir jalan . awalnya beberapa orang tampak ragu untuk datang, sehingga teman-teman harus mendekati dan memanggil mereka. Memastikan ini adalah makanan untuk semua dan tentunya “GRATIS” berbondong-bondong orang pun mulai datang. Cia, Susi, dan Niar mulai membagikan makanan pada mereka, yang lain membagikan selebaran untuk orang-orang yang datang saat itu, juga kepada para pengguna jalan. Sedang yang lainnya bergantian untuk mencuci piring. Ada juga yang mengajak ngobrol dan ikut makan bareng sambil tukar pikiran dan cari tahu tanggapan mereka tentang FNB. Kebanyakan memuji, tapi ada juga tak hentinya mengajukan banyak pertanyaan.
“Ini dananya dari mana?",
"Ini bakti sosial atau apa?",
"Ini ada hubungan dengan pilkada?"
"Tiap kapan? Dan dimana saja?" Dan banyak pertanyaan lain yang menurutku adalah refleksi bahwa masyarakat memiliki kekritisannya sendiri, kita hanya perlu metode untuk dapat berdialog dengan enak. Bukannya menjadi penceramah bagi mereka. Teman-temanpun berusaha sharing memberikan pemahaman tentang FNB kepada mereka. Selebaran pun sengaja dibuat dengan dengan bahasa yang sangat sederhana dan yang mudah dicerna tentang penjelasan FNB. dan tentu saja penekanan bahwa FNB bukanlah kegiatan amal dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan pemerintah, apalagi dengan pilkada ataupun tim sukses salah satu calon gubernur. Malahan selebaran yang dibuat sebenarnya mengandung pesan Anti-Pilkada, lebih tepatnya Anti Elit Politik. Kiri atau Kanan!
Selama itu, hampir setiap mata yang lewat atau sekedar singgah di lampu merah, tertuju pada tenda FNB. dan tentu saja, dengan budaya dan kondisi sosial yang teratomisasi, kami tak luput dari respon-respon kurang mengenakkan dari beberapa orang yang diberikan selebaran seperti,
"Di rumah saya makanan juga gratis”,
“Apalagi ini? “ sambil mengerutkan muka
Atau ‘tim sukses ya?”
Pastilah bagi pada umumnya orang ini adalah sesuatu sangat aneh. Zaman dimana hidup adalah untuk diri sendiri, mungkin ini adalah aktivitas bodoh yang membuang-buang waktu dan menyiksa diri. Atau FNB tidak beda bedanya dengan kegiatan amal umumnya yang memiliki motif di balik itu.

Memberikan pemahaman tentang FNB mungkin adalah hal
tersulit dibandingkan dengan mengumpulkan bahan dan membagikan itu sendiri
.
Padahal pesannya sangat sederhana : “Makanan, siapa yang tidak membutuhkannya?” Ataukah mungkin orang-orang selalu merumitkan sesuatu ? Sudah deh, selama masih ada yang mau meluangkan waktu, masih ada yang kelebihan bahan makanan dan ingin membagikannya dan selama ini masih menyenangkan. Tenda kecil, spanduk hitam dan menu spesial akan tersaji dimana-mana. Dan tinggal membuat terus mendekati visi awal FNB.

pukul 17:00
Nasi dalam jumbo tinggal sedikit, walaupun sayurnya masih tersisa banyak. Semua dibereskan kembali. Saatnya untuk pulang. Seperti biasa semua aktifitas diakhiri dengan foto-foto bareng. So, kapan dong kita tabliing lagi?????????
(reported by : Elha Goldman)


 
Powered by Blogger