Jumat, 05 Oktober 2007

Reportase September 2007

Reportase FNB September 2007

Idefix masih menjadi cookhouse FNB bulan ini. Minggu sore tepatnya 2 September 2007. Beberapa relawan sudah berkumpul disana (Ulla, Tomas, Himas, Susi, Kurni, Dian, Ridho, Dedi, Wahyu juga saya (Elha) serta lainnya yang mohon maaf kalo tidak ditulis namanya. Lupaka ces !!
FNB kali ini tidak seramai yang kemarin. Beberapa teman punya banyak kesibukan lain atau mungkin pula akhirnya tidak ikut lagi karena masih beranggapan kalo FNB adalah kerja yang sia-sia (kalo istilah kawan-kawan relawan, karena isunya tidak SBY-JK he he). Ah Sudahlah, kalo kata orang kebanyakan, lebih penting kualitasnya daripada kuantitasnya, ya kan? Di saat kebanyakan orang terus menerus menggandakan watak otoriternya, dengan memperbanyak 'massa', yakni mereka yang siap untuk melakukan apa saja kata pemimpinnya (ato setidaknya orang-orang yang hobi banget menghegemoni agar tetap punya pengaruh), kami memilih untuk tetap jalan dengan metode yang kami pikir lebih membebaskan, dan tidak ada ruang untuk hal itu. FNB memang hanya kerjaan para pemimpi yang masih percaya pada hal2 yang tidak mungkin dan sudah bosan menunggu datangnya revolusi yang terlalu lama (Cee..cee..ceee!).
Masih di hari yang sama, habis magrib seperti biasanya saya dan wahyu mesti berbelanja di pasar. Tempatnya di Pasar Daya’ salah satu pasar tradisional di pinggiran utara kota Makassar jaraknya tidak jauh dari idefix. Kalo pake motor Cuma 5 menit kesana. Setiap FNB pasti belanja di situ, sayangnya belum ada alternatif lain selain membeli, padahal rencananya teman2 mau hunting bahan makanan di pasar siapa tahu saja ada yang mau kasi sisa bahan yang tidak terjual. Entahlah kenapa belum terlaksana. Membeli memang selalu menjadi solusi instan. Tapi kadang juga ada yang ngasih bahan makanan dari temannya relawan walaupun tidak rutin. Itulah kendalanya FNB Makassar, belum ada donasi tetap. Cuma mengandalkan dari list yang dijalankan relawan tiap bulannya, itupun mereka dapat dari teman-teman kuliah atau keluarga dan yang ngasih itu-itu juga tiap bulannya, kadang ada ketakutan, kalo para peyumbang2 bosan disodorkan list terus belum lagi kalo relawan yang dicap seperti peminta-peminta sumbangan yang banyak berkeliaran. Cara mengantisipasinya, palingan relawannya mesti memberikan penjelasan panjang lebar tentang FNB jadi tidak asal minta saja. Walaupun begitu banyak juga sulit menerima penjelasan, kalaupun ada yang nyumbang pasti kiranya ini cuma kegiatan amal atau bakti sosial. Hah, cape de!
Kembali ke pasar. Daftar bahan sudak ditulis semuanya, Satu persatu dicek memastikan tak ada yang terlupa. Sekalian tulis harga belinya biar mudah untuk dilaporkan nanti. Seperti biasa pula setiap berbelanja harus melalui proses tawar menawar yang cukup sengit untuk mendapatkan harga yang termurah plus rayu-rayuan supaya ada tambah-tambahan. Itulah enaknya berbelanja di pasar tradisisonal, kalo di mall mana bisa ?.
Dari hasil pengumpulan list terkumpul uang Rp. 454.000. Karena menu bulan ini adalah NASI GORENG spesial, jadi beli bahannya tidak terlalu banyak. Bawang putih, bawang merah, garam, kecap, sambal botol dan tentu saja beras menjadi bahan wajib. Tambahannya jagung manis, wortel , daun sup telur, dan kerupuk sebagai aksesoris ada juga timun untuk acarnya. Untunglah seorang teman ada yang ngasih beras 20 liter jadi bisa hemat lagi. Dan lebih membahagiakan ada yang nyumbang tenda !!! J. Jadi dak repot lagi pinjam jauh-jauh. Tambah smangat dong..

Malamnya..

Tidak banyak kerjaan. Susi dan saya menyiapkan bumbu-bumbunya, Ridho dan Kurni memotong wortel itupun supaya bisa kecipratan foto hehehe. Yang lain sibuk dengan aktifitas masing2 ada yang tidur, baca-baca, juga nyanyi2 sendiri . agak sunyi malam itu. Yang ada Cuma suara bising dari si urat leher (bukan relawan) yang ngoceh sepanjang malam (oooo..siapa dia?)
eh tiba-tiba mbak Ivi sang koki kita datang, juga temannya Eli membawakan kita sekantong beras lagi. Kehadirannya sedikit bikin ramai Tapi Sayangnya mereka dak nginap malam itu cuma sempat kupas2 bawang duluJ. Dian dan wahyu juga pulang katanya mau kerja tugas n mesti kuliah pagi. Sepi..sepi..
Senin pagi , 06:00
Bangun..bangun. saatnya beraksi kembali. Nasi mulai dimasak. Wah ada yang semangat sekali tuh!! Nongkrong terus di depan kompor sambil ngaduk-ngaduk beras. Hahaha saya tahu dia lagi balas dendam soalnya menjadi salah satu orang yang merugi karena melewatkan FNB bulan lalu (katanya bertepatan dgn acara keluarga) jadinya dia mesti mengobati penyesalan terbesarnya itu J. Aduk terus..(intermezo: buat kalian yang lagi hamil hati-hati saja sama dia soalnya dia punya obsesi besar dengan perut-perut kalian, penyakit aneh apalagi itu?).
Eh ada yang datang lagi ... Niar. baiknya masih sempat bantu-bantu sebelum ke kampus. Hehe.. ivi datang lagi, langsung saja dia mengambil peran sebagai koki. Biasa, Sedikit ada konflik kecil di dapur soal metode memasak. Ada yang mau begini,ada maunya begitu. Panas..panas.. untunglah lewat dengan tertawa lagi. Ivi dan Niar, mencampur bumbu dan nasinya. Saya dan Susi membuat telur dadar, Himas menyiapkan piring dan gelas. yang lain menyapkan air juga ada yang nyuci2, wahyu juga sudah datang membawa kerupuk hasil gorengannya. Sedang yang lain kelabakan karena telat kuliah.
Sempat banyak yang protes soal pemilihan waktu FNB kali ini, banyak yang bertepatan dengan jadwal kuliah mereka, saya heran juga. Inikan juga hasil kesepakatan. Tapi ada juga yang akhirnya mengorbankan kuliahnya (bukankah kuliah hanya selingan???J).

12:00.
Masakan sudah siap. Cookhouse dibersihkan juga, lumayan kotor karena jarang dibersihkan. Termasuk membersihkan diri (Mandi..Mandi). Di luar ternyata sudah banyak teman-teman yang menunggu. Ada juga pak guru Wali yang takut merugi karena dak ikut FNB lalu.ada yang sudah balik dari kuliah juga, wah ada juga tuh yang mengajak teman cewe’nyaJ.
Semuanya beres Sarapan.
Berangkat deh!!

14:00
Sebuah angkot disewa menuju tempat tabling. Tempat yang sama bulan kemarin. Pertigaan tol reformasi, seperti juga bulan lalu cuaca sangat panas. Sampe di sana terkendala sedkit dengan pengelolanya. Biasalah birokrasi!!katanya harus izin sana sini dulu. Sedikit sabar, akhirnya bapak itu mau dibujuk juga. Mungkin karena lagi lapar, untung-untung bisa makan gratis siang itu hehe (makasih ya pak!). hei ! Dian dan Cia juga datang! jadi tambah ramai deh.
Pedagang , tukang becak yang sering mangkal disana juga buruh bangunan dan pekerja jalanan tampaknya sudah mengenali kami. Begitu tenda sudah terpasang . tanpa sungkan-sungkan lagi mereka datang. Kewalahan juga, piring yang dibawa bahkan tidak cukup. Jadi harus ada yang menunggu dulu. Anak sekolah yang melintas juga ikut gabung. Pak wali pun mengajak sharing mereka. Tidak lupa ada yang membagikan selebaran pada pengguna jalan juga orang-orang yang datang.
Sebentar saja, makanan sudah habis. Kembali beres-beres.
Sebelum pulang. Di akhiri dengan ritual cepret-cepret

15:00
Kembali naik angkot ke Idefix, sebagian ada yang langsung pulang kerumahnya.
Piring, gelas dan peralatan lainnya dibereskan kembali.
Habis itu beromantisme lagi...........
Ngumpul, Duduk-duduk di teras, cerita-certia, tertawa-tawa dan mereview kembali hari ini
Ya mau bilang apalagi. SUKSES lah!!!

Tidak penting : secara teknis FNB hari itu sukses, tapi sempat dirusak oleh komentar arogan tentang FNB dari seseorang (yang bukan relawan), yang sedang berada di lain tempat. Ehmmm, YOUR POLITICS ARE BORING AS FUCK, AS YOU, AS YOUR FLAG, AS YOUR WORDS, AS YOUR WHOLE LIFE....
Reported by : Elha Goldman
 
Powered by Blogger